Serasinews.com, Sumbar – Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah mengungkapkan bahwa hantaman banjir bandang dan longsor yang menyapu provinsi itu selama dua pekan terakhir telah meninggalkan kerusakan dalam skala yang jauh lebih besar dari dugaan awal. Dalam perkiraan sementara, nilai kerugian kini melampaui Rp1 triliun, dipatok sekitar Rp1,2 triliun.
“Kerusakan kita besar, lebih dari Rp1 triliun. Di sektor pertanian saja, sekitar 13 ribu hektare lahan terdampak,” kata Mahyeldi usai menghadiri Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah 2025 di Jakarta, Senin (1/12).
Angka tersebut menggambarkan betapa rumah-rumah warga, ladang penghidupan, dan jembatan penghubung luluh dalam hitungan jam, seolah tersapu oleh kekuatan alam yang tak memberi kesempatan untuk bertahan.
130 Ribu Pengungsi, 151 Tewas, 118 Belum Ditemukan
Di balik kerusakan itu, tragedi kemanusiaan membentang luas. Sekitar 130 ribu warga kini bertahan di lokasi pengungsian yang penuh sesak oleh tenda darurat dan debu tanah yang belum sempat dibersihkan.
Per 1 Desember 2025, pemerintah mencatat:
151 korban meninggal dunia
118 orang masih dinyatakan hilang
Mahyeldi menyebut proses pencarian masih berlangsung, namun medan yang berubah akibat longsor membuat upaya penyisiran memerlukan tenaga ekstra. Tim penyelamat harus menembus lumpur setinggi betis hingga pinggang, sementara alat berat terus mengaduk material longsoran yang menutupi beberapa area.
30 Ribu Rumah Rusak, Fasilitas Sosial Lumpuh
Sekitar 30 ribu rumah dilaporkan rusak dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Bencana juga memukul fasilitas vital seperti:
sekolah dan rumah sakit,
saluran irigasi,
jembatan penghubung desa dan kecamatan,
sejumlah ruas jalan utama.
Sumbar kini berada pada fase pemulihan yang menuntut sumber daya besar dan kerja berbulan-bulan.
Wilayah dengan Dampak Terberat
Beberapa kawasan yang mengalami kerusakan ekstrem berada di jalur rawan longsor, termasuk:
Malalak (Agam)
Selaras Air
Batu Busuk, Padang
Lubuk Minturun
Perbatasan Padang Panjang–Batusangkar
Pasaman Barat
Di Malalak, sebagian badan jalan amblas dan pecah seperti retakan kulit bumi, sementara aliran sungai berubah arah membawa bebatuan besar dari wilayah hulu.
Proses Perbaikan Sudah Dimulai
Meski kerusakan meluas, perbaikan infrastruktur prioritas mulai dilakukan. Mahyeldi menargetkan ruas-ruas jalan utama dapat pulih dalam waktu sekitar satu bulan, sehingga distribusi bantuan dan aktivitas warga bisa kembali bergerak.
“Bantuan harus tetap sampai ke warga. Semua kita perbaiki secara bertahap,” tegasnya.
(Rini/Mond)
#BanjirSumbar #BencanaAlam #SumateraBarat


Posting Komentar