Duka di Sumatera: Korban Banjir Mencapai 753 Orang, 650 Belum Ditemukan
Serasinews.com, Jakarta — Curah hujan ekstrem yang menghantam wilayah Sumatra sejak akhir November berubah menjadi bencana besar. Laporan terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu pagi mencatat 753 korban meninggal, 650 orang hilang, dan lebih dari 2.600 warga terluka. Data ini diperoleh dari pembaruan dashboard resmi penanganan bencana.
Peristiwa ini kini termasuk salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. BNPB menyebutkan dampak terberat dirasakan di tiga provinsi: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, dengan total warga terdampak mencapai 3,3 juta jiwa.
Korban Menurut Wilayah
Jumlah korban meninggal terbagi atas 301 jiwa di Sumatera Utara, 234 jiwa di Sumatera Barat, dan 218 jiwa di Aceh. Aceh dan Sumbar menjadi wilayah dengan laporan orang hilang terbanyak. Tim SAR masih menjangkau sejumlah area yang lama terisolasi, sehingga angka tersebut diperkirakan dapat bertambah.
Kerusakan fisik juga mencengangkan: sekitar 3.600 rumah rusak berat, 2.100 rusak sedang, dan 3.700 rusak ringan. Banyak jembatan, akses jalan, sekolah, hingga fasilitas kesehatan mengalami kerusakan serius.
Operasi di Lapangan
Basarnas, BNPB, TNI/Polri, serta relawan bergerak serentak melakukan pencarian dan evakuasi. Sejumlah daerah hanya bisa ditembus lewat udara akibat tanah longsor dan jembatan yang runtuh. Kondisi cuaca yang tak menentu memperlambat operasi.
Pemerintah menambah pengiriman logistik dan armada udara untuk menjangkau wilayah terpencil. Pendataan ulang masih dilakukan, sehingga estimasi korban dapat berubah sewaktu-waktu.
Suasana Pengungsian dan Gelombang Bantuan
Di lokasi pengungsian, duka menyelimuti warga yang kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Tim medis bekerja intensif menangani luka serta trauma. Dari media sosial, beredar luas gambar permukiman yang rata oleh banjir, rumah terseret arus, dan jalan yang terbelah.
Meski begitu, solidaritas masyarakat terlihat kuat. Relawan lokal, organisasi kemanusiaan, hingga warga dari provinsi lain terus berdatangan membawa logistik dasar, meskipun distribusi kerap terhambat akses yang rusak.
Faktor Penyebab
Ahli meteorologi menyebut hujan ekstrem dipicu sistem sirkulasi siklonik di sekitar perairan Sumatra. Kerusakan lingkungan—mulai dari deforestasi hingga perubahan tata guna lahan—memperbesar risiko banjir bandang dan longsor. Evaluasi tata ruang dan penguatan mitigasi bencana dinilai semakin mendesak.
Kebutuhan Mendesak
Prioritas saat ini meliputi:
Pencarian dan evakuasi korban yang belum ditemukan.
Distribusi logistik: makanan, air bersih, obat-obatan, perlengkapan pengungsian.
Pelayanan kesehatan dan dukungan psikologis bagi pengungsi.
Pembukaan akses sementara untuk mempercepat pergerakan bantuan.
Pendataan identitas korban dan keluarga terdampak.
Melangkah ke Depan
Bencana ini menorehkan luka mendalam bagi jutaan warga. Namun fase pemulihan juga menjadi kesempatan memperbaiki tata kelola lingkungan, memperkuat infrastruktur tahan bencana, dan membangun sistem peringatan dini yang lebih efektif. Dalam waktu dekat, fokus utama tetap pada penyelamatan nyawa serta pemulihan yang adil dan transparan.
(L6)
#BNPB #BanjirSumatera
#BencanaAlam
#UpdateKorbanBanjitSumatera

