Tragedi Banjir Sumatera Tewaskan 604 Warga, Gubernur Sumbar Urungkan Pesta Pernikahan Anak
Serasinews.com, Sumatera Barat —
Sebuah keputusan tak biasa datang dari Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah. Di tengah persiapan matang untuk pernikahan anaknya yang sedianya berlangsung pada 6–7 Desember 2025, ia memilih membatalkan seluruh rangkaian acara demi memprioritaskan penanganan bencana banjir dan longsor yang menerjang wilayahnya.
Undangan telah tersebar, keluarga telah bersiap, dan semua persiapan hampir rampung. Namun bencana alam menuntut perhatian penuh. Hujan ekstrem menyebabkan banjir besar serta longsor di berbagai daerah, membuat banyak warga terjebak dalam kondisi genting.
Dalam unggahan di akun Instagram @dailymahyeldi, sang gubernur menyampaikan keputusan yang ia sebut sebagai pilihan paling berat dalam hidupnya.
“Sebagai ayah, tentu saya ingin berada di tengah kebahagiaan keluarga. Namun sebagai Gubernur, amanah masyarakat harus saya dahulukan. Dengan kondisi Sumatera Barat saat ini, kami memutuskan untuk membatalkan pesta pernikahan anak kami.”
Mahyeldi menyampaikan permohonan maaf kepada para kerabat dan tamu undangan yang telah menerima kabar bahagia jauh hari sebelumnya. Ia menegaskan bahwa merayakan pesta di tengah penderitaan rakyat bukan hal yang pantas.
“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Keputusan ini tidak mudah, namun merupakan bentuk penghormatan kami kepada masyarakat yang sedang mengalami masa sulit.”
Ia menambahkan bahwa fokusnya dalam beberapa hari ke depan adalah memastikan proses evakuasi, pencarian korban, hingga distribusi bantuan berjalan efektif.
“Saat ini, hati saya ada pada ribuan keluarga yang terdampak bencana. Tugas saya adalah memastikan pemulihan berjalan secepat dan sebaik mungkin.”
Korban Bencana Terus Bertambah
Keputusan ini diambil ketika jumlah korban bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus meningkat. BNPB melaporkan 604 orang meninggal dunia, naik signifikan dari data sebelumnya yang berjumlah 442 orang. Ribuan warga masih mengungsi, sementara akses menuju beberapa daerah terisolasi tetap sulit ditembus.
Tim SAR bekerja dalam kondisi yang menantang—hujan susulan, sungai meluap, serta tanah yang labil. Pemerintah daerah membutuhkan koordinasi penuh untuk mempercepat penanganan, mulai dari pendirian posko hingga layanan trauma bagi warga.
Di tengah situasi inilah keputusan Mahyeldi menjadi sorotan. Sebagian masyarakat menilai langkah tersebut sebagai wujud empati dan teladan kepemimpinan; sebagian lainnya melihatnya sebagai simbol kuat bahwa pemerintah hadir sepenuhnya untuk rakyat dalam keadaan darurat.
Yang pasti, pembatalan pernikahan ini menunjukkan bahwa bencana bukan hanya soal data kerusakan, tetapi juga tentang pilihan-pilihan sulit yang harus diambil demi keselamatan banyak orang.
(K)
#BanjirSumbar #MahyeldiAnsharullah #SumateraBarat

