Articles by "Kesehatan"

Aceh Afif Maulana Agam AIDS Aipda Dian WR AirterjunLembahAnaiMeluap Aksibersihpantai Aleknagari Amak Lisa anthropophobia Antikorupsi Apelsiaga Apeltanggapbencana Arif maulana Arosuka Artikel Artis Minang balapliar Bali Balikpapan Bandung Banjir BanjirBandang bansos banten Banyuwangi Bapenda Batam BBM bencana Bencana alam Bencanaalam BencanaKotaPadang BibitSiklonTropis95B BMKG BNNsumbar Box Redaksi BPBDSumbar BrimobPoldaSumbar Brimobuntukindonesia bukit sitinurbaya Bukittinggi BWSS V padang BWSSVPadang Calon Bupati cemburubuta Cikampek Cikarang CuacaEkstrem cuacapanasekstrem curanmor danabos Dandrem 032 WBR dankodaeral II Denpasar Depok Dharmasraya Dinas sosial dinassosial dinassosialpadang Dirlantas Dirlantas Polda Sumbar DirlantasPoldaSumbar DitpolairudPoldaSumbar DPCPKBkotapadang DPR DPRD Padang DPRDpadang DPRDsumbar dubalangkota Enarotali Evakuasi festival sepakbola Filipina gangguanhormon gaya hidup GayaHidup gempa gerakcepatdinsos gorontalo Gresik gurbernurriaukenaottkpk HAM Haripahlawan Harisumpahpemuda Hidroneteologi Hipnotis HIV Hot New hukum HUT Humaspolri ke 74 HUT80Brimob IlegalFishing Indonesia Indonesia. indonesiamaju infrastruktur Intan jaya Internasional irigasi Jakarta Jakarta Selatan JalanRetak Jambi Jawa Tengah Jayapura Jayawijaya Jogyakarta jurnalis Kabupaten Agam kabupaten dharmasraya Kabupaten Solok KabupatenAgam KabupatenDharmasraya KabupatenPasamanBarat KabupatenPesisirSelatan KAI Sumbar Kakorlantas kakorlantaspolri kapolres kapolressijunjung Kapolri kasat narkoba KasusMedis keamanan kebakaran KebatanGunungNagoPutus kecamatankototangah kecelakaan kegiatanrutin kejaripadang kejaripesel kekerasan kelangkaanBBM kelangkaansolar Kementrian PU kementriankebudayaan kendaraan Kesehatan keselamatan bersama keselamatan kerja kesiapsiagaan kesunyian malam ketertiban umum Kiwirok KKB Kodim 0307 Tanah Datar KomnasHAM komplotanganjalATM Korem 032/WB Korpolairud korupsi Kota Padang KotaPariaman KPK Kriminal KUHP Laksamanamuda Lampung LembahAnai Lembang Leonardy life style lifestyle Lima Puluh Kota lingkungan listrikilegal lombok timur Longsor LongsorKampusUINImambonjol LowonganKerjaPalsu Madiun Magelang MahardikaMudaIndonesia Makan Bergizi Gratis Makasar Malalak MalPraktek manila Medan mentalhealth Mentawai Mimika MTsN10pesisirselatan mutilasibayi nagarisolokambah nagarisulitair narkoba Narkotika Nasioanl Nasional ngaraisianok NTT odgj Oksibil olahraga Opini oprasimalam oprasitumpasbandar2025 oprasizebra2025 oprasizebrasinggalang2025 OrangHanyut OTTKPK PADA Padang Padang panjang Padang Pariaman PadangRancak Pahlawannasional pajak air tanah Palimanan pandekarancak pantaipadang Papua parenting Pariaman Parlemen Pasaman Pasaman barat pasamanbarat pasang pasarrayapadang Pasuruan Payakumbuh PDAM Pekanbaru Pelalawan pelayananhumanis pelayanansosial Pembunuhan pemerasan Pemko Padang PemkoPadang PemutihanPajakKendaraan pencabulan Pencirian Pendidikan penegakanhukum penemuanbayi penemuanmayat Pengancaman pengangguran penganiayaan Penggelapan Perbankan Perceraian peristiwa peristiwadaerah perlindungananak Persami pertahanan PerumdaAirMinum Pesisir Selatan PesisirSelatan Peti PKL PolaMakan Polda banten Polda Jabar Polda Kalbar Polda Metro Jaya polda Papua POLDA SulBar POLDA SUMBAR Poldasumbar Policegoestoscool Politik polPP polres Polres 50 kota Polres Dharmasraya Polres Mentawai Polres Padang panjang Polres Pasaman Polres Pasaman Barat Polres Solok Polres solok selatan polrespasaman polrespasamanbarat polrespasbar polrespesel Polresta bukittinggi Polresta Padang polrestapadang POLRI PolriPresisi Polsek bungus barat Polsek Koto Tangah Padang Polsek Lubeg Pontianak premanisme Presiden RI psp padang Puncak jaya Purwakarta jawabarat QuickWins Razia RekeningDormant RevisiKUHP Riau sabu Sarkel SatgasDamaiCartenz satgasoprasidamai satlantaspolresta SatpolPP Sawahlunto Sawmil segmen sianok seherman SekolahRakyat Semarang semenpadang Senjatatajam sepakbola sepakbolaindonesia Serang Sijunjung sikat singgalang2025 silent treatment simulasibencana siswismptewassaathiking sitinjaulauik Skoliosis SMA1pulaupunjung sobatlalulintasrancakbana solok Solok selatan solokarosuka solokselatan solsel Sosialisasi SPBUganting SPPG Strongpoint subsidi ilegal sukabumi Sulawesi Tenggara Sumatera Barat SumateraBarat Sumatra barat Surabaya swasembadapangan tambangilegal Tanah datar tanahdatar tanggapdarurat TanggapDaruratBencana tawuran Terbaru Ternate Timika Papua timklewang TNI TPUTunggulHitam Transformasi polri transpadang transportasi tsunamiDrill Uin UIN IB Padang Utama UUMD3 Viral Yalimo Yogyakarta Yuhukimo
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

 

Serasinews.com,Padang — Kasus HIV/AIDS di Kota Padang mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan hingga November 2025, tercatat 192 kasus baru, sehingga total penderita di kota ini mencapai 2.026 orang. Angka tersebut melonjak dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 1.834 kasus.

Kondisi ini mendapat sorotan dari Komisi IV DPRD Kota Padang. Anggota Komisi IV, Erismiarti, menyebut peningkatan tersebut sebagai “alarm sosial” yang menandakan adanya persoalan serius di tengah masyarakat.

“Kita harus bergerak bersama. Tidak cukup hanya Dinas Kesehatan, tetapi juga Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, lembaga masyarakat, hingga tokoh adat dan agama. Semua harus berkolaborasi agar penanganan HIV/AIDS bisa lebih menyeluruh,” ujar Erismiarti, Rabu (12/11/2025).

Menurutnya, upaya penanggulangan tidak bisa hanya berfokus pada aspek medis, tetapi juga perlu memperkuat pendekatan kultural dan spiritual. Nilai-nilai adat dan agama dinilai dapat menjadi benteng sosial yang efektif bila dijalankan secara konsisten.

“Kita harus tegas terhadap perilaku berisiko, tapi jangan sampai menstigma para penderita. Mereka tetap warga Kota Padang yang berhak mendapat perlindungan dan pelayanan kesehatan yang layak,” tegasnya.

Ia menambahkan, DPRD bersama Pemko Padang dan masyarakat harus bertindak cepat agar wabah ini tidak semakin meluas, terutama di kalangan generasi muda.

Didominasi Laki-Laki, Tantangan Terbesar Ada pada Perubahan Perilaku

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Padang, dr. Dessy M. Siddik, membenarkan adanya peningkatan tersebut. Dari 192 kasus baru, 173 di antaranya merupakan laki-laki, sementara 19 lainnya perempuan.

“Sebagian besar penderita baru adalah laki-laki, dan ini berkaitan dengan perilaku seksual berisiko yang tidak sesuai dengan norma sosial,” ungkap dr. Dessy di Gedung DPRD Padang.

Ia menjelaskan, Dinas Kesehatan terus memperkuat program pencegahan melalui penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, serta edukasi hidup sehat dan aman. Namun, perubahan perilaku masyarakat menjadi tantangan terbesar.

“Penyebab dominan masih berasal dari hubungan seksual berisiko dan perilaku menyimpang, termasuk hubungan sesama jenis,” tambahnya.

Sosiolog UNP: Minim Edukasi dan Lemahnya Kontrol Sosial Jadi Akar Masalah

Menurut Dr. Erianjoni, sosiolog dari Universitas Negeri Padang, lonjakan kasus HIV/AIDS di Padang berakar pada rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut, serta lemahnya kontrol sosial di lingkungan.

“Gaya hidup berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba suntik masih menjadi faktor utama. Ditambah lagi, akses informasi dan layanan kesehatan belum menjangkau seluruh kelompok rentan,” jelasnya.

Ia menilai sinergi antarinstansi dan komunitas masyarakat menjadi kunci agar populasi paling rentan bisa lebih mudah menjangkau layanan edukasi, pemeriksaan, dan pendampingan.

“Sinergitas penting, supaya yang sudah terpapar mendapat perawatan dan yang belum bisa lebih terlindungi,” ujarnya.

Fenomena Sosial dan Tantangan Moral di Kota Religius

Erianjoni juga menyoroti meningkatnya perilaku hubungan sesama jenis di kalangan pria sebagai salah satu faktor percepatan penyebaran HIV/AIDS, bahkan mulai merambah lingkungan pelajar.

“Fenomena ini mengkhawatirkan. Nilai adat dan agama harus kembali diperkuat agar masyarakat memiliki kontrol sosial yang lebih baik,” katanya.

Ia mendorong peran aktif niniak mamak, cadiak pandai, ulama, serta Dubalang Kota — lembaga adat penjaga ketertiban sosial — untuk kembali dioptimalkan.

“Dubalang Kota bisa menjadi garda terdepan menjaga ketertiban sosial berbasis nagari. Termasuk mengawasi kelompok berisiko tinggi seperti pekerja malam,” ujarnya menambahkan.

Paradoks di Kota Religius

Lonjakan kasus HIV/AIDS menjadi ironi bagi Kota Padang yang selama ini dikenal religius dan berlandaskan adat Minangkabau. Di balik citra moral dan spiritual yang kuat, muncul kenyataan bahwa penyakit ini telah menyebar di tengah masyarakat sendiri.

Berbagai pihak menegaskan, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, edukasi berkelanjutan, serta penguatan nilai adat dan agama untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS.

“HIV/AIDS bukan hanya masalah medis, tetapi juga krisis sosial dan moral yang mengancam masa depan generasi muda,” tutup Erismiarti.

(Rini/Mond)
#AIDS #HIV #DPRDPadang #Padang #Kesehatan

Serasinews.com, -Bayangkan kamu diundang ke pesta ulang tahun teman. Musiknya ramai, lampu berkelap-kelip, semua orang terlihat bersenang-senang. Tapi ketika berdiri di depan pintu, tanganmu mulai gemetar, napas terasa berat, dan dada seakan terhimpit. Bukan karena tempatnya menyeramkan — melainkan karena di dalam sana ada orang-orang baru.

Jika hanya membayangkannya saja membuatmu ingin pulang, bisa jadi kamu mengalami anthropophobia, atau ketakutan berlebihan terhadap manusia dan interaksi sosial.

Apa Itu Anthropophobia?

Kata anthropophobia berasal dari bahasa Yunani — “anthropos” berarti manusia dan “phobos” berarti ketakutan. Secara sederhana, ini adalah rasa takut intens terhadap orang lain, baik yang dikenal maupun tidak.

Tapi jangan disamakan dengan sekadar rasa malu atau gugup saat bertemu orang baru. Anthropophobia adalah kondisi psikologis yang jauh lebih dalam. Penderitanya bisa merasa panik, berkeringat dingin, bahkan nyaris pingsan hanya karena harus berbicara dengan orang lain. Dalam kondisi ekstrem, mereka bisa memilih hidup menyendiri dan menolak semua bentuk interaksi sosial.

Beda dengan Gangguan Kecemasan Sosial

Sering kali anthropophobia disamakan dengan social anxiety disorder (gangguan kecemasan sosial), padahal keduanya berbeda.

AspekAnthropophobiaSocial Anxiety DisorderFokus ketakutanTakut terhadap manusia secara umumTakut terhadap penilaian sosialPemicuKehadiran orang lainSituasi sosial tertentu (misalnya berbicara di depan umum)DampakBisa menghindari semua kontak sosial, bahkan dengan keluargaMasih bisa bersosialisasi di lingkungan amanSifat ketakutanLuas dan mendalamLebih spesifik pada situasi tertentu

Jadi, kalau orang dengan kecemasan sosial masih bisa nyaman bersama teman dekat, penderita anthropophobia bisa merasa takut bahkan kepada orang yang mereka cintai.

Tanda dan Gejala Anthropophobia

Gejala fisik:

Jantung berdebar kencang saat bertemu orang lain

Tangan gemetar dan berkeringat

Mual, pusing, atau sesak napas

Sulit berbicara, suara terbata-bata

Gejala psikologis:

Cemas berat sebelum pertemuan sosial

Ketakutan irasional akan dihakimi atau disakiti

Pikiran negatif berulang seperti “Aku pasti terlihat bodoh”

Menghindari keramaian atau bahkan panggilan telepon

Mengapa Bisa Terjadi?

Tidak ada satu penyebab pasti, tapi beberapa faktor bisa memicu munculnya anthropophobia:

Pengalaman traumatis
Pernah dipermalukan, ditolak, atau diintimidasi bisa meninggalkan luka sosial mendalam.

Pola asuh yang keras atau menekan
Anak yang tumbuh tanpa rasa aman dan penerimaan bisa kehilangan kepercayaan pada hubungan sosial.

Gangguan psikologis lain
Seperti depresi atau PTSD yang memperparah ketakutan terhadap orang lain.

Dampak dunia digital
Interaksi yang serba daring membuat banyak orang tidak terbiasa dengan komunikasi tatap muka, dan lama-lama merasa canggung atau takut berhadapan langsung.

Seperti Apa Rasanya Hidup dengan Anthropophobia?

“Setiap kali aku melihat orang berjalan ke arahku, seluruh tubuhku seolah membeku. Aku tahu mereka tidak akan menyakitiku, tapi ketakutan itu muncul begitu saja.”

Begitulah pengakuan seorang penderita anthropophobia.
Bayangkan, aktivitas sederhana seperti menyapa orang bisa terasa seperti menghadapi ancaman besar. Hidup menjadi sepi, bukan karena tidak ingin bersosialisasi, tapi karena rasa takut yang terlalu kuat untuk dilawan.

Bisakah Disembuhkan?

Kabar baiknya: anthropophobia bisa diatasi. Dengan terapi dan dukungan yang tepat, penderita bisa belajar kembali merasa aman di tengah orang lain.

Beberapa cara yang umum digunakan:

Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)
Membantu mengubah pola pikir negatif menjadi lebih realistis dan sehat.

Desensitisasi Bertahap
Menghadapi ketakutan sedikit demi sedikit — misalnya mulai dari mengirim pesan singkat hingga akhirnya bertemu langsung.

Terapi Kelompok
Dilakukan dalam lingkungan yang aman dan mendukung, agar penderita bisa berlatih bersosialisasi tanpa tekanan.

Dukungan Keluarga dan Sahabat
Kesabaran dan empati orang terdekat sangat berperan dalam proses pemulihan.

Obat-obatan (jika diperlukan)
Dokter dapat meresepkan antidepresan atau obat penenang untuk membantu mengelola gejala kecemasan berat.

Ketakutan Bukanlah Kelemahan

Rasa takut bertemu orang bukan tanda bahwa seseorang lemah — ini adalah reaksi dari luka batin yang belum sembuh.
Dengan waktu, dukungan, dan penanganan profesional, seseorang bisa kembali membuka diri dan menemukan kembali hangatnya hubungan manusia.

Karena di balik setiap ketakutan, selalu ada harapan untuk pulih. 🌿

Sumber Referensi:

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5)

Healthline: Anthropophobia: Symptoms, Causes, and Treatment

Verywell Mind: Understanding the Fear of People (Anthropophobia)

(***) #Kesehatan #MentalHealth #Anthropophobia

 


Serasinews.com,-Bagi banyak orang Indonesia, lontong adalah makanan wajib yang selalu hadir di meja makan — entah jadi teman sate, opor, rendang, atau gado-gado. Tapi, di balik kelezatan dan kepraktisannya, ada satu kebiasaan yang tanpa disadari bisa membawa bahaya: membungkus lontong dengan plastik.

Sekilas memang tampak lebih mudah. Plastik tidak bocor, bentuk lontong lebih padat, dan hasilnya rapi. Namun, di balik semua itu, tersimpan risiko yang bisa mengancam kesehatan — mulai dari gangguan hormon hingga penyakit kanker.

Uap Panas, Plastik, dan Zat Kimia Berbahaya

Ahli gizi masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Tan Shot Yen, menjelaskan bahwa penggunaan plastik untuk mengukus lontong dapat melepaskan bahan kimia berbahaya ke dalam makanan.
Plastik yang terkena panas bisa mengeluarkan zat kimia yang berisiko masuk ke tubuh. Dampaknya bisa menyebabkan gangguan hormon, masalah reproduksi, bahkan kanker,” ujarnya, dikutip dari Antara.

Proses pengukusan lontong yang berlangsung berjam-jam pada suhu tinggi membuat bahan kimia seperti Bisphenol A (BPA) dan phthalates terurai. Kedua zat ini dikenal sebagai endocrine disruptors — senyawa yang bisa meniru atau mengacaukan kerja hormon alami dalam tubuh.
Dalam jangka panjang, paparan zat ini dapat menyebabkan infertilitas, gangguan tumbuh kembang anak, obesitas, diabetes, serta kanker payudara dan prostat.

Tak Semua Plastik Aman untuk Makanan

Masalahnya, banyak plastik yang beredar di pasaran tidak dibuat sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan pangan.
Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono, menegaskan bahwa plastik untuk kemasan makanan harus memenuhi standar keamanan tertentu.
“Zat aditif pada plastik yang tidak tahan panas mudah terurai. Bila ikut termakan, bisa menimbulkan kanker atau gangguan hormonal,” jelasnya, dikutip dari kumparanNEWS.

Sayangnya, masih banyak penjual yang memakai plastik biasa — bahkan plastik kresek bekas — untuk membungkus lontong. Praktis, tapi jelas berbahaya.

Kembali ke Pembungkus Alami: Daun Pisang & Janur

Sebenarnya, solusi paling aman sudah ada sejak dulu.
Menurut dr. Tan, membungkus lontong dengan daun pisang atau janur kelapa jauh lebih sehat.
Kedua bahan alami ini tidak hanya bebas bahan kimia, tapi juga mengandung senyawa seperti polifenol yang bersifat antioksidan dan antibakteri. Selain itu, daun memberikan aroma khas yang membuat lontong terasa lebih sedap dan alami.

Daun memberikan cita rasa dan aroma yang tak bisa digantikan plastik. Aman, alami, dan sudah terbukti selama ratusan tahun,” tutur dr. Tan.

Cara Menyimpan Lontong dengan Aman

Selain pembungkus, cara penyimpanan juga penting. Setelah matang, lontong sebaiknya tidak dibiarkan terlalu lama di suhu ruang, karena bisa cepat basi atau terkontaminasi bakteri.
Simpan di kulkas jika tidak langsung dikonsumsi, lalu kukus ulang sebelum disajikan agar tetap hangat dan aman.

Praktis Belum Tentu Sehat

Membungkus lontong dengan plastik memang terlihat praktis, tapi efek jangka panjangnya bisa berbahaya bagi tubuh.
Sudah saatnya kita kembali ke cara tradisional yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Selain menjaga kesehatan, langkah kecil ini juga membantu mengurangi limbah plastik yang mencemari bumi.

Ingat: yang praktis belum tentu aman.
Terkadang, cara lama justru lebih bijak — seperti daun pisang dan janur yang setia menjaga cita rasa dan kesehatan kita sejak dulu

(***)


Serasinews.com,- Di era serba digital, di mana hampir setiap aktivitas dilakukan melalui layar, gaya hidup modern perlahan tapi pasti sedang “menggoyang” tulang belakang generasi muda. Generasi Z  yang dikenal cerdas teknologi dan lekat dengan dunia maya  kini menghadapi ancaman kesehatan yang sering tak disadari: skoliosis, kelainan tulang belakang yang dapat mengubah postur tubuh secara permanen.

Fenomena ini bukan lagi sekadar kasus medis yang langka. Seiring meningkatnya waktu yang dihabiskan di depan layar, baik untuk belajar daring, bekerja jarak jauh, maupun sekadar berselancar di media sosial, para ahli mulai mencatat peningkatan kasus skoliosis di kalangan anak muda usia produktif.

Mengenal Skoliosis: Saat Tulang Belakang Tak Lagi Lurus

Menurut penjelasan Mayo Clinic yang dikutip Rabu (8/10/2025), skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung ke samping, membentuk huruf “S” atau “C”. Akibatnya, postur tubuh penderita terlihat tidak simetris — bahu bisa tampak tidak sejajar, pinggul miring, atau salah satu tulang belikat lebih menonjol dari sisi lainnya.

Pada tahap awal, skoliosis sering kali tidak menimbulkan rasa sakit. Banyak penderita bahkan tidak menyadari bahwa tulang belakangnya mulai mengalami kelengkungan abnormal. Namun, jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat berkembang menjadi serius: memicu nyeri punggung kronis, gangguan pernapasan akibat tekanan pada paru-paru, hingga perubahan bentuk tubuh yang memengaruhi kepercayaan diri.

Gaya Hidup Digital: “Racun Halus” Bagi Tulang Belakang

Sejumlah pakar kesehatan menyebut skoliosis kini bukan hanya disebabkan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh kebiasaan hidup modern yang nyaris tidak melibatkan gerak fisik. Generasi Z, yang tumbuh di tengah teknologi serba cepat, menjadi kelompok paling rentan.

Berikut beberapa kebiasaan yang sering dilakukan tanpa disadari, namun ternyata menjadi pemicu utama kelainan tulang belakang:

  • Duduk terlalu lama tanpa bergerak. Aktivitas seperti belajar daring, bekerja dari rumah, hingga maraton menonton serial atau bermain gim membuat tubuh jarang berpindah posisi.
  • Menunduk berjam-jam menatap layar gawai. Kebiasaan ini memberi tekanan besar pada leher dan punggung bagian atas.
  • Postur duduk yang salah. Membungkuk di depan meja, bersandar miring, atau duduk di kursi tanpa sandaran punggung yang baik bisa memperburuk posisi tulang belakang.
  • Minim aktivitas fisik. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di depan gadget, semakin sedikit kesempatan otot-otot punggung untuk bekerja menopang tulang belakang dengan optimal.

Kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan tulang belakang kehilangan keseimbangannya secara perlahan. Bila berlangsung lama, perubahan kecil pada postur bisa berkembang menjadi lengkungan yang menetap  inilah awal mula skoliosis pada anak muda masa kini.

Tanda-Tanda Skoliosis yang Sering Diabaikan

Masalah utama skoliosis adalah gejalanya yang halus dan sering diabaikan. Banyak penderita baru menyadari kondisinya setelah perubahan postur terlihat jelas di cermin. Padahal, mendeteksi lebih awal dapat mencegah kelainan semakin parah.

Beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain:

  • Salah satu bahu tampak lebih tinggi dari yang lain.
  • Pinggul terlihat tidak sejajar atau miring.
  • Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
  • Tubuh cenderung condong ke salah satu sisi saat berdiri.
  • Nyeri atau pegal di punggung setelah duduk lama.

Jika tanda-tanda ini muncul, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis ortopedi. Pemeriksaan sederhana, seperti tes Adam’s Forward Bend atau rontgen tulang belakang, dapat membantu mendeteksi tingkat kelengkungan tulang sejak dini.

Dampak Skoliosis Tak Hanya Soal Penampilan

Banyak orang menganggap skoliosis hanya masalah postur tubuh. Padahal, dampaknya jauh lebih luas. Pada kasus yang berat, skoliosis dapat mengganggu fungsi organ vital. Lengkungan tulang belakang yang ekstrem bisa menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan kesulitan bernapas dan menurunkan kapasitas pernapasan.

Selain itu, skoliosis juga dapat menyebabkan nyeri punggung kronis, cepat lelah, serta gangguan keseimbangan tubuh. Dari sisi psikologis, penderita skoliosis berat sering kali mengalami penurunan rasa percaya diri akibat bentuk tubuh yang berubah.

Langkah Pencegahan: Mulai dari Kebiasaan Sederhana

Kabar baiknya, sebagian besar kasus skoliosis ringan dapat dicegah  terutama bila dimulai dari perubahan gaya hidup sejak dini. Para ahli merekomendasikan beberapa langkah praktis berikut:

  1. Perhatikan postur duduk. Pastikan punggung tetap tegak, bahu rileks, dan kaki menapak lantai. Gunakan kursi dengan sandaran yang mendukung tulang belakang.
  2. Batasi waktu menatap layar. Hindari posisi menunduk terlalu lama. Letakkan layar sejajar dengan pandangan mata untuk mengurangi tekanan pada leher.
  3. Rutin berolahraga. Aktivitas seperti berenang, yoga, pilates, atau latihan peregangan ringan dapat memperkuat otot punggung dan menjaga keseimbangan tulang belakang.
  4. Ambil jeda setiap 30–60 menit. Berdiri, berjalan, atau sekadar melakukan peregangan sederhana bisa membantu sirkulasi darah dan mengendurkan otot yang tegang.
  5. Perhatikan posisi tidur. Gunakan kasur yang tidak terlalu empuk dan bantal yang menopang leher dengan baik.

Langkah-langkah sederhana ini bisa menjadi tameng efektif untuk melindungi tulang belakang dari risiko skoliosis di masa depan.

Kesadaran Dini, Investasi Seumur Hidup

Skoliosis kini tak lagi dianggap penyakit orang dewasa. Dengan gaya hidup digital yang serba duduk dan minim gerak, anak muda bahkan remaja sudah mulai menunjukkan gejala kelengkungan tulang sejak dini.

Pencegahan bukan sekadar pilihan, tapi keharusan. Sebab tulang belakang adalah “tiang kehidupan” 1 menopang seluruh struktur tubuh dan menentukan kualitas gerak kita setiap hari.

Generasi Z, dengan segala kemajuannya di dunia digital, dituntut untuk cerdas pula dalam menjaga kesehatannya di dunia nyata. Dengan kesadaran postur dan perubahan kebiasaan kecil, mereka bisa tetap produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan tulang belakang.

Jadi, mulai sekarang, tegakkan punggungmu, jauhkan gadget sejenak, dan bergeraklah. Karena skoliosis bisa datang tanpa suara  tapi dampaknya bisa membekas seumur hidup.

(***)

#Skoliosis #Kesehatan #Gayahidup #Lifestyle

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.