Dharmasraya, Serasinews.com– Dinas Kesehatan (Dinkes) Dharmasraya merilis data terbaru terkait jumlah pasien HIV yang aktif mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) di wilayah tersebut pada tahun 2025. Sebanyak 49 pasien tercatat rutin menjalani pengobatan, dengan distribusi yang berbeda-beda di tiap kecamatan.

Koto Baru dan Pulau Punjung Menjadi Titik Konsentrasi Pasien Terbanyak

Dari laporan yang diterbitkan, dua kecamatan menunjukkan angka kasus tertinggi, yaitu:

Koto Baru: 12 pasien

Pulau Punjung: 11 pasien

Keduanya disebut menjadi prioritas penanganan karena merupakan kawasan dengan mobilitas penduduk yang tinggi serta aktivitas ekonomi yang lebih padat dibanding wilayah lain.

Sebaran Kasus di Kecamatan Lain

Beberapa kecamatan mencatat jumlah pasien pada kategori menengah, yakni antara 4–7 orang:

Sitiung: 7 orang

Timpeh: 5 orang

Koto Salak: 4 orang

Adapun kecamatan dengan jumlah kasus rendah (2–3 orang) antara lain:

Koto Besar: 3 orang

Sembilan Koto: 2 orang

Sungai Rumbai: 2 orang

Dinkes juga mencatat adanya 3 pasien dari luar Dharmasraya yang memilih menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan setempat.

Data Menjadi Dasar Penguatan Strategi Daerah

Menurut Dinkes Dharmasraya, angka ini menjadi indikator penting untuk merancang upaya pencegahan dan penanganan HIV/AIDS, mencakup:

Peningkatan edukasi publik

Pemerataan akses tes HIV

Pengurangan stigma terhadap ODHA

Penguatan layanan pengobatan dan pendampingan

“Informasi ini membantu kami menentukan fokus intervensi di wilayah dengan kebutuhan penanganan lebih besar. Kami mendorong masyarakat untuk melakukan tes HIV serta aktif mengikuti edukasi,” ujar perwakilan Dinkes.

Stigma dan Minimnya Edukasi Masih Jadi Kendala Utama

Meski program sosialisasi terus ditingkatkan, masyarakat disebut masih banyak yang memiliki pemahaman keliru mengenai HIV. Stigma sosial juga menyebabkan sebagian orang enggan melakukan pemeriksaan atau mencari penanganan dini, sehingga banyak kasus baru diketahui dalam kondisi sudah berat.

Padahal, dengan terapi yang tepat, ODHA tetap dapat menjalani kehidupan sehat dan produktif.

Edukasi dan Kolaborasi Jadi Langkah Kunci

Pemerintah daerah menekankan bahwa HIV/AIDS bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga tantangan sosial. Edukasi berkelanjutan dari sekolah hingga tingkat nagari terus diperkuat, termasuk melalui penyuluhan berbasis komunitas, layanan mobile clinic, dan kerja sama dengan tokoh masyarakat.

Menuju Dharmasraya Bebas HIV/AIDS

Dengan memperluas akses informasi, memperkuat layanan kesehatan, serta menghapus stigma, pemerintah optimistis laju penularan HIV dapat ditekan. Dinkes mengajak seluruh elemen masyarakat berperan aktif dalam pencegahan maupun dukungan terhadap ODHA.

“Melalui kerja bersama dan pemahaman yang benar, kita dapat memutus rantai penularan dan membantu pasien menjalani hidup yang lebih baik,” tutup Dinkes.

(Rini/Mond)
#HIV #aids
#KabupatenDharmasraya