Serasinews.com, Padang — Jumat siang membawa suasana berbeda ke Perumahan Jala Utama 2 Pampangan. Sekitar pukul 14.00 WIB, sejumlah anggota Ikatan Keluarga Wartawan Republik Indonesia (IKW-RI) datang menjenguk ketua mereka, Davit Efendi, yang tengah menantikan jadwal operasi mata. Kunjungan itu sederhana, namun menyisakan kehangatan yang meresap pelan—seolah ruangan kecil itu dipenuhi energi yang menenangkan.

Rumah Sederhana yang Mendadak Riuh

Satu per satu, para anggota hadir: Nal Koto, Rusdi Chandra, Osmond, Rini, Sukra, Hendri Alisyanews, Andri, Wyndoee, Hen Integritas, hingga Cimrawati. Meski tidak semua bisa datang, mereka membawa salam hangat dan doa dari keluarga besar IKW-RI.

Davit menyambut di depan pintu dengan senyum yang penuh makna. Ada rasa senang, haru, dan sedikit tegang yang perlahan luruh saat ia melihat wajah-wajah yang selama ini berjuang bersamanya.
“Kalau bisa, jangan cepat pulang,” ujarnya sambil bercanda—kalimat spontan yang menggambarkan betapa berartinya kehadiran teman-temannya hari itu.

Ruang Tamu Jadi Tempat Melepas Rindu

Dalam hitungan menit, ruang tamu kecil itu berubah layaknya tempat reuni. Cerita-cerita lama bermunculan, tawa pecah hampir tanpa jeda, dan suasana menjadi akrab seperti biasanya setiap kali para wartawan ini berkumpul.

Canda khas dunia jurnalistik—yang hanya lahir ketika mereka benar-benar merasa nyaman—mengalir begitu saja. Ruang tamu Davit yang sederhana pun terasa lebih lapang, seakan ikut bahagia mendengar gelak mereka.
“Kito lai samo-samo. Susah senang dibagi, baru indak ka hilang rasa keluarga,” ujar salah seorang anggota, yang langsung disambut anggukan setuju.

Jamuan Tulus dari Seorang Ketua

Meski tengah bersiap menghadapi operasi, Davit tetap sibuk memikirkan tamunya. Ia menyuguhkan apa pun yang ada di rumah, bahkan sempat berseloroh ingin menjemput seluruh isi lapau kecil di dekat rumah agar semua orang kenyang.
“Ambiak sajolah, apo ado. Yang penting ramai,” katanya sambil tertawa.

Sikapnya membuat yang hadir terdiam sejenak—tersentuh oleh ketulusan sederhana yang sudah menjadi ciri Davit sejak dulu.

Kehadiran Cimrawati yang Menenangkan

Di antara rombongan, Cimrawati menjadi sosok yang memberi sentuhan emosional berbeda. Dengan suara lembut dan sikap penuh perhatian, ia memberikan banyak dukungan moral untuk Davit.
Setiap kata yang ia ucapkan terasa menyejukkan, membuat Davit tampak lebih kuat dan siap menghadapi tindakan medis yang menantinya.

Obrolan Mengalir: Dari Tawa ke Refleksi

Tak hanya tawa yang hadir hari itu. Di sela-sela gurauan, muncul pula refleksi tentang perjalanan panjang organisasi, tantangan yang mereka hadapi, dan harapan untuk IKW-RI ke depan.
Percakapan itu mengalir alami, menjadi bukti bahwa hubungan mereka tidak sebatas struktur organisasi—melainkan sebuah keluarga yang tumbuh dari kebersamaan.

Doa yang Menyatukan

Meski suasana penuh canda, semua yang datang membawa satu harapan yang sama: agar operasi mata Davit berjalan lancar, dan kesembuhannya datang tanpa hambatan.
“Davit bukan hanya ketua bagi kami. Ia bagian dari keluarga,” ujar salah satu anggota, lirih namun tegas.

Perpisahan yang Menyisakan Hangat

Menjelang sore, satu per satu anggota berpamitan. Namun sebelum benar-benar meninggalkan rumah itu, mereka bergantian memeluk dan menepuk bahu Davit—gestur kecil yang menyimpan doa panjang.
Ketika pintu tertutup kembali dan rumah kembali hening, tersisa kehangatan yang mengalir pelan. Hari itu bukan sekadar kunjungan, melainkan pengingat bahwa dalam keluarga besar seperti IKW-RI, tidak ada yang menjalani masa sulit sendirian.

(Ril/Rini)
#IKWRI #Jurnalis