Bukittinggi,Serasinews.com– Aksi premanisme yang meresahkan terjadi di pusat Kota Bukittinggi. Seorang pria berinisial C alias SK (42), mantan pegawai kontrak di lingkungan Pemerintah Daerah Bukittinggi, diamankan Tim Buru Sergap (Buser) Satreskrim Polresta Bukittinggi setelah tertangkap tangan memeras dua petugas parkir di area Basement Gedung Pasar Ateh.
Penangkapan berlangsung dalam operasi tangkap tangan (OTT) pada Sabtu (1/11) siang. Pelaku tak sempat melarikan diri ketika polisi menyergapnya sesaat setelah menerima uang dari dua petugas parkir, berinisial T dan A, di depan Masjid Raya Bukittinggi.
“Pelaku kami amankan sekitar pukul 15.30 WIB. Dari tangannya, disita uang tunai Rp300 ribu yang diduga hasil pemerasan hari itu,” kata Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi Kompol Anidar, Minggu (2/11).
Preman Berkedok Mantan Pegawai
Dari hasil penyelidikan awal, terungkap bahwa perbuatan C alias SK telah berlangsung cukup lama. Hampir setiap hari ia mendatangi petugas parkir di kawasan Pasar Ateh dan memaksa mereka menyerahkan sejumlah uang setoran. Jumlahnya bervariasi antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah, tergantung kondisi keramaian hari itu.
Para korban mengaku takut menolak, sebab pelaku mengaku masih memiliki hubungan dengan pejabat Pemda dan kerap bersikap kasar jika tidak diberi uang. “Katanya uang itu untuk atasan. Kami takut kalau melawan,” tutur seorang petugas parkir yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Menurut polisi, setiap akhir pekan pelaku bisa mengantongi hingga Rp300 ribu per hari dari hasil memalak para petugas parkir. Uang itu sepenuhnya masuk ke kantong pribadi pelaku.
Dari Kantoran ke Jalanan
Penyidik menyebut C alias SK sebelumnya merupakan pegawai kontrak di salah satu instansi Pemda Bukittinggi, namun telah diberhentikan beberapa waktu lalu. Setelah tidak lagi bekerja, ia justru memanfaatkan status lamanya sebagai “mantan orang dalam” untuk menekan para juru parkir yang bekerja di bawah pengawasan pemerintah kota.
“Modusnya adalah menggunakan pengaruh masa lalunya agar korban takut. Kami masih mendalami apakah ada pihak lain yang terlibat,” ujar Kompol Anidar.
Warga Geram: Pasar Ateh Harus Bersih dari Premanisme
Peristiwa ini memicu kemarahan masyarakat. Pasar Ateh—yang berada hanya beberapa langkah dari Jam Gadang, ikon Bukittinggi—seharusnya menjadi simbol keteraturan dan ketertiban kota wisata itu.
“Memalukan kalau di tengah kota ada pungli seperti ini. Pasar Ateh itu wajah Bukittinggi, bukan tempat orang diperas,” ungkap seorang pedagang setempat.
Polresta Bukittinggi berkomitmen menuntaskan kasus ini hingga akar-akarnya dan mengimbau siapa pun yang pernah menjadi korban pemerasan serupa agar segera melapor. “Kami pastikan identitas pelapor akan dirahasiakan,” tegas Kompol Anidar.
Lebih dari Sekadar Kasus Kriminal
Kasus ini bukan sekadar soal hukum, tapi juga potret sosial tentang bagaimana tekanan ekonomi dapat menyeret seseorang ke jalan yang salah. Namun, hukum tetap berlaku sama bagi siapa pun.
Kini, C alias SK harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan penyidik Satreskrim Polresta Bukittinggi. Warga berharap kasus ini menjadi momentum untuk membersihkan kawasan Pasar Ateh dari praktik pungli dan premanisme, serta mengembalikan citra Bukittinggi sebagai kota wisata yang aman dan tertib.
(Rini/Mond)
#Kriminal #Pemerasan #Bukittinggi


Posting Komentar