Serasinews.com, Solok-Di jantung Kota dan Kabupaten Solok, Batang Lembang telah lama menjadi simbol kehidupan sekaligus ancaman tersembunyi. Sungai yang membelah wilayah ini, dengan panjang yang menghubungkan dua daerah administratif, rutin membawa musibah banjir setiap tahun, merenggut ketenangan tidur dan memicu kecemasan mendalam di hati warganya. Namun, kini, di sepanjang tepian sungai tersebut, sebuah monumen harapan tengah berdiri tegak, tanggul batu yang kokoh, hasil dari upaya masif Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) V.
Melalui pembangunan sarana dan prasarana pengendalian banjir Batang Lembang (Tahap 2), Pemerintah berupaya menuntaskan persoalan tahunan ini. Untuk tahun anggaran 2025, proyek ambisius ini mengalokasikan dana sebesar Rp48.630.865.000, dikerjakan oleh PT. Takabea Reshi Consulindo dan diawasi oleh konsultan PT. Innako Internasional Konsulindo KSO PT. Mettana.
Bekerja di sungai adalah pertarungan melawan alam. Derasnya arus Batang Lembang, curah hujan yang tinggi, dan cuaca ekstrem menjadi penghalang nyata. Air bah dan banjir yang datang tiba-tiba berpotensi meluluhlantakkan pekerjaan yang tengah berjalan. Namun, tekat rekanan yang tertuang dalam kontrak tertanggal 14 April 2025 itu tak sedikit pun pudar.
"Sudah menjadi risiko bekerja di Sungai," ujar salah satu pekerja, menggambarkan medan sulit. Meski demikian, profesionalisme dan kerja keras mereka telah membuahkan hasil signifikan. Hingga pertengahan Oktober 2025, progres proyek pengendalian banjir ini, yang menjadi tanggung jawab PPK dan Pantai II, diprediksi telah mencapai angka impresif, antara 70 hingga 80 persen.
Tanda-tanda ketenangan itu kini terlihat jelas di tiga lokasi pekerjaan utama, Selayo, KTK (Kubu Tampai Karambi), dan Anam Suku. Di sana, parapet dinding penahan air dari batu telah terbangun, menjadi benteng pertahanan terakhir antara luapan sungai dan permukiman warga.
Di Selayo, pekerjaan parapet sepanjang 500 meter nyaris tuntas, hanya menyisakan sekitar 50 meter di tahap satu dan 30 meter di tahap dua. Sebagian besar fokus kini beralih ke pekerjaan finishing, merapikan tanggul dan bahu jalan. Situasi serupa tampak di KTK, di mana 80 persen dari 160 meter panjang parapet telah berdiri, menyisakan pekerjaan sekitar 20 persen. Sementara di Anam Suku, dari total 400 meter, sisa pengerjaan juga terukur dan terkendali.
Bagi warga Solok, tanggul batu ini bukan sekadar infrastruktur, melainkan jaminan kehidupan normal.
"Selesainya pekerjaan parapet untuk menahan luapan air sungai, agar tak masuk ke permukiman warga, makin menambah nyaman kami tinggal di sini," tutur Senot, seorang warga lokal, dengan nada lega.
Ia mengenang masa-masa di mana hujan deras selalu diikuti dengan kewaspadaan dan kecemasan, siap siaga menghadapi banjir yang bisa datang melanda kapan saja. "Sekarang warga sudah tenang dan nyaman. Malam pun, bisa tidur nyenyak, walau hujan deras membasahi bumi dan melintasi sungai ini."
Apresiasi tulus pun tertitip dari warga kepada BWSS V dan rekanan. Keyakinan bahwa proyek ini akan selesai tepat waktu dengan mutu dan kualitas terjaga begitu kuat. Harapannya, konstruksi kokoh ini akan bertahan lama, dinikmati sepenuhnya, dan menjadi warisan ketenangan bagi generasi Solok selanjutnya. Dengan dedikasi yang tak surut menghadapi kerasnya alam, Batang Lembang kini tengah bertransformasi, dari sungai yang menakutkan menjadi urat nadi kehidupan yang terkendali.
( Ef / RN )
Posting Komentar