Serasinews.com, Sumatera Barat —
Malam Senin (1/12) kembali diselimuti kabar duka dari pusat data Pusdalops BPBD Sumbar. Pada pembaruan laporan pukul 21.00 WIB, jumlah korban jiwa akibat rangkaian bencana hidrometeorologi—banjir bandang, longsor, dan luapan sungai—kembali meningkat menjadi 166 orang meninggal dunia, sementara 111 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, Arry Yuswandi, mengungkapkan bahwa data tersebut dikumpulkan dari 16 kabupaten/kota terdampak. Sembilan daerah di antaranya mencatat korban jiwa, sementara wilayah lain mengalami kerusakan infrastruktur dan dampak sosial yang tidak kalah berat.
“Kabupaten Agam menjadi daerah dengan korban terbanyak. Sampai malam ini, tercatat 118 warga meninggal dunia dan 72 orang masih belum ditemukan,” ujar Arry dengan nada yang menandakan betapa seriusnya situasi di lapangan. Cuaca ekstrem beberapa hari terakhir membuat wilayah ini sangat rentan.
Arry menegaskan bahwa angka-angka itu bersifat sementara. Tim gabungan BPBD, TNI/Polri, relawan, hingga potensi SAR masih terus melakukan pencarian di wilayah terpencil, lereng curam yang terputus longsor, serta aliran sungai yang kini berubah menjadi jalur puing. “Setiap pembaruan selalu membawa dua sisi — harapan dan kecemasan,” tambahnya.
Sebaran Korban di Berbagai Daerah
Data terbaru menunjukkan distribusi korban sebagai berikut:
Kabupaten Agam: 118 meninggal, 72 hilang
Kota Padang Panjang: 21 meninggal, 32 hilang
Kota Padang: 12 meninggal, 0 hilang
Kabupaten Tanah Datar: 3 meninggal, 1 hilang
Kabupaten Pasaman Barat: 1 meninggal, 6 hilang
Kabupaten Padang Pariaman: 7 meninggal, 1 hilang
Kota Solok: 1 meninggal, 0 hilang
Kabupaten Kepulauan Mentawai: 2 meninggal, 0 hilang
Kabupaten Pesisir Selatan: 0 meninggal, 1 hilang
Sementara itu, tujuh daerah lainnya—Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kabupaten Pasaman, Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Solok—tidak mencatat korban jiwa, meski tetap terdampak cuaca buruk.
Koordinasi Terpadu, Waktu yang Kian Mendesak
Posko Terpadu Penanganan Bencana Provinsi Sumbar kini bekerja sepanjang waktu. Setiap laporan dari lapangan memuat kisah desa yang terisolasi, keluarga yang menunggu kepastian, hingga upaya evakuasi yang berulang kali terhambat material longsor.
Arry menekankan pentingnya akurasi data. “Informasi yang tepat dan cepat adalah dasar setiap keputusan di lapangan," ujarnya.
Di berbagai titik, suara alat berat bersahut-sahutan dengan panggilan warga yang masih mencari anggota keluarga. Seolah seluruh Sumatera Barat sedang menahan napas, menantikan fajar yang mungkin membawa kejelasan—apa pun bentuknya.
(Rini/Mond)
#BanjirSumbar #SumateraBarat


Posting Komentar