Serasinews.com, Kabupaten Agam — Di tengah lumpur yang menelan rumah dan harapan warga Agam, seekor Belgian Malinois bernama Reno menghembuskan napas terakhir. Ia tidak pulang ke kandangnya, tidak kembali ke sisi pawang yang dicintainya—Reno gugur di titik paling berbahaya operasi SAR, saat berjuang mencari korban longsor yang masih tertimbun.
Dikerahkan ke Zona Paling Kritis
Reno, anggota Unit Polsatwa Ditsamapta Polda Riau, tiba di Agam pada 29 November sebagai bagian dari Operasi Aman Nusa II. Banjir dan longsor besar yang melanda Sumatera Barat pada akhir November 2025 menjadi salah satu bencana hidrometeorologis paling mematikan tahun itu, menelan 776 korban jiwa menurut BNPB.
Agam termasuk wilayah dengan titik longsor terdalam dan akses paling berisiko. Tanah keras, batu besar, batang pohon, dan puing rumah menumpuk hingga belasan meter—medan yang hanya bisa ditembus dengan bantuan K9 berpengalaman seperti Reno.
Di usia 8 tahun 4 bulan, menjelang masa pensiun, Reno masih menunjukkan kesiapan penuh sebagai anjing pelacak spesialis SAR yang telah berdedikasi lebih dari delapan tahun.
Tanda-Tanda Kelelahan di Medan Mustahil
Pada Minggu pagi, 11.00 WIB, Reno mulai bekerja. Setiap langkahnya menjadi harapan bagi keluarga yang menanti kabar tentang orang-orang tercinta. Namun kondisi lapangan sangat berat: licin, lembap, dan sarat material longsor.
Saksi menyebut Reno beberapa kali berhenti mengatur napas, tapi kembali memaksa tubuhnya bekerja. Pawangnya berulang kali menariknya untuk beristirahat—namun sifat Reno yang task-driven membuatnya terus bergerak.
Menjelang pukul 12.00 WIB, Reno mulai menunjukkan kelelahan ekstrem: napas terengah, kaki melemah, dan refleks motorik menurun drastis. Dua puluh menit kemudian, Reno tumbang. Ia dibawa ke klinik hewan, namun nyawanya tak terselamatkan.
Reno gugur dalam tugas.
Penghormatan Terakhir
Reno dimakamkan dengan upacara kedinasan di Markas Polda Riau. Upacara dipimpin Direktur Samapta Polda Riau, Kombes Syahrial M Abdi.
“Reno gugur saat menjalankan tugas negara. Dedikasinya patut diteladani. Kami sangat kehilangan,” ujar Kabid Humas Polda Riau, Kombes Anom Karibianto.
Bagi para pawang dan personel Polsatwa, Reno bukan sekadar anjing tugas—ia adalah rekan kerja, sahabat lapangan, dan penyelamat yang setia.
Sorotan Publik: Standar Kerja K9 Harus Dievaluasi
Kepergian Reno memicu diskusi luas. Komunitas pecinta hewan seperti Animal Stories Indonesia mengingatkan bahwa standar internasional untuk K9 SAR mencakup:
30 menit kerja per sesi
Diikuti waktu pemulihan memadai
Batas maksimal 4 jam kerja per hari
Operasi 24 jam harus dilakukan bergantian
“K9 bukan mesin. Mereka punya batas,” tulis mereka. Tragedi Reno menjadi pengingat bahwa manajemen kerja K9 di lapangan perlu mendapat perhatian lebih serius.
Lebih dari Sekadar K9
Reno telah terlibat dalam puluhan operasi SAR sepanjang kariernya. Ia telah menyelamatkan banyak nyawa, memberi kepastian pada keluarga korban, dan bekerja tanpa keluhan.
Pada akhirnya, ia memberikan nyawanya untuk misi kemanusiaan yang sama.
Warisan Pengabdian
Kepergian Reno meninggalkan pesan bahwa penyelamatan bukan hanya dilakukan oleh manusia—kadang oleh sahabat berkaki empat yang bekerja tanpa pamrih, tanpa suara, dan tanpa meminta balasan.
Reno bukan hanya gugur dalam tugas.
Ia menjadi simbol keberanian, kesetiaan, dan pengabdian senyap yang sering tak terlihat.
(Rini/Mond)
#AnjingPelacak #k9 #Peristiwa
#BanjirSumbar


Posting Komentar