Serasinews.com,;Setiap tahun, umat Islam di berbagai belahan dunia menantikan datangnya satu momen penuh makna: Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan hari kelahiran Rasulullah yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Bagi sebagian orang, Maulid bukan sekadar acara keagamaan, melainkan ruang refleksi, penguatan iman, dan pengikat silaturahmi dalam kehidupan bermasyarakat.
Di Indonesia, peringatan ini bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak 1967, menandakan betapa besar posisi Maulid Nabi dalam kehidupan beragama sekaligus berbangsa. Dari masjid kecil di pelosok desa hingga panggung akbar di kota-kota besar, gema sholawat dan lantunan doa menjadi ciri khas yang tak lekang waktu.
Namun, tahukah Anda bahwa tradisi ini tidak serta-merta lahir dari masa Rasulullah? Mari kita simak lebih dalam rangkuman sejarah, makna, hingga fakta-fakta menarik seputar Maulid Nabi Muhammad SAW.
🌙 Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad SAW
Secara etimologi, Maulid berasal dari bahasa Arab “walada–yalidu–wilādan” yang berarti kelahiran. Dalam konteks Islam, Maulid hampir selalu dikaitkan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah.
Namun menariknya, perayaan Maulid tidak pernah tercatat dalam praktik Islam awal. Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah meminta umatnya memperingati hari kelahirannya. Justru, tradisi ini berkembang berabad-abad kemudian, terutama di dunia Islam bagian Timur.
Menurut sejumlah sejarawan, ada dua pendapat tentang asal mula peringatan Maulid:
Khalifah Mu’iz li Dinillah dari Dinasti Fathimiyah di Mesir (sekitar tahun 341 H) diduga menjadi tokoh pertama yang menginisiasi perayaan Maulid.
Versi lain menyebut bahwa Sultan Mudhaffar Abu Sa’id pada tahun 630 H mengadakan perayaan Maulid besar-besaran di kota Irbil (Irak).
Dari sinilah Maulid mulai menyebar ke berbagai negeri Islam, dengan bentuk dan tradisi yang berbeda-beda.
📖 Fakta-Fakta Menarik Maulid Nabi Muhammad SAW
1. Bukan Tradisi Awal Islam
Maulid Nabi tidak ada pada masa Rasulullah maupun sahabat. Namun, ekspresi cinta kepada Nabi dalam bentuk syair, doa, dan pertemuan keagamaan justru berkembang sejak abad-abad awal Islam.
2. Lahir Sebelum Kalender Hijriah
Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah, jauh sebelum kalender Hijriah ditetapkan. Kala itu, bangsa Arab menandai tahun dengan peristiwa besar. Tahun kelahiran Rasul disebut Tahun Gajah, karena bertepatan dengan gagalnya pasukan Abrahah menyerang Ka’bah dengan pasukan bergajah.
3. Senin, Hari Istimewa Rasulullah
Rasulullah SAW sangat sering berpuasa pada hari Senin. Alasannya sederhana namun mendalam: “Hari itu aku dilahirkan, hari itu aku diutus, dan hari itu pula Al-Qur’an diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim). Inilah yang kemudian menghubungkan puasa sunnah Senin dengan Maulid.
4. Tidak Disebutkan dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak pernah menyebutkan tentang kewajiban memperingati kelahiran Nabi. Namun, banyak ulama menilai Maulid adalah bentuk ekspresi cinta kepada Rasulullah, bukan kewajiban syariat.
5. Beragam Bentuk Perayaan
Di Indonesia, Maulid kerap dirayakan dengan pembacaan sholawat, pengajian, dan doa bersama. Ada pula tradisi unik di daerah, seperti Sekaten di Yogyakarta, Maudu Lompoa di Sulawesi Selatan, hingga Grebeg Maulud di Jawa Tengah. Di negara lain, ada yang merayakannya dengan prosesi akbar, seni, hingga pembagian makanan.
6. Dilarang di Beberapa Negara
Beberapa negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Qatar melarang perayaan Maulid karena dianggap bid’ah. Namun, di negara lain—termasuk Indonesia, Mesir, hingga Yaman—Maulid justru menjadi hari libur resmi.
7. Perdebatan Tanggal Kelahiran
Banyak ulama klasik memperdebatkan tanggal kelahiran Rasulullah. Sebagian menyebut 12 Rabi’ul Awal, sebagian lain menyebut 9 atau 10 Rabi’ul Awal. Namun yang disepakati adalah bahwa beliau lahir pada hari Senin di bulan Rabi’ul Awal.
8. Hari Libur Nasional di Banyak Negara
Selain Indonesia, sejumlah negara seperti Mesir, Irak, Bahrain, Aljazair, hingga Kuwait juga menetapkan Maulid sebagai hari libur nasional.
🌟 Makna yang Bisa Dipetik dari Maulid Nabi
Lebih dari sekadar seremoni, Maulid Nabi Muhammad SAW menyimpan pesan mendalam. Ia adalah momentum untuk:
Merefleksikan ajaran Rasulullah: bagaimana beliau menjadi teladan dalam kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang.
Menguatkan silaturahmi: Maulid sering menjadi ruang berkumpul, mempererat hubungan sosial, dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Menebarkan nilai sosial: banyak perayaan Maulid di Indonesia yang dibarengi dengan berbagi kepada kaum dhuafa, menyantuni anak yatim, hingga kegiatan sosial lain.
Meski perayaannya berbeda di setiap tempat, semangat yang dibawa selalu sama: meneladani akhlak Rasulullah dan menumbuhkan kecintaan kepada beliau.
Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar memperingati hari kelahiran seorang tokoh besar. Ia adalah perayaan cinta, penghormatan, dan pengingat bahwa risalah Rasulullah masih relevan hingga kini.
Meskipun perdebatan tentang hukum dan sejarahnya tak pernah berhenti, faktanya Maulid tetap menjadi tradisi yang hidup, mewarnai kehidupan umat Islam dari generasi ke generasi.
Bagi sebagian orang, Maulid adalah simbol identitas keislaman, bagi yang lain ia adalah ruang kebersamaan sosial. Namun pada intinya, Maulid Nabi tetap menjadi momen sakral untuk semakin dekat dengan sosok Nabi Muhammad SAW manusia pilihan yang membawa cahaya bagi semesta.
(***)
Posting Komentar