serasinews. com;Padang, 26 Juli 2025 — Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah organisasi profesi. Dalam usia yang hampir menyentuh satu dekade, Ikatan Keluarga Wartawan Republik Indonesia (IKW-RI) terus menegaskan eksistensinya sebagai wadah perjuangan, solidaritas, dan pengabdian para jurnalis di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat.
Tahun ini, IKW-RI akan menggelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-9 pada Sabtu, 26 Juli 2025, dengan mengusung tema inspiratif: "Bersatu, Berkarya, Berkontribusi untuk Negeri." Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan cerminan semangat kolektif organisasi untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui kekuatan pers.
Posko GOR H. Agus Salim Jadi Pusat Perayaan
Pusat kegiatan perayaan akan dipusatkan di Posko IKW-RI yang berada di kawasan GOR Haji Agus Salim, Kota Padang. Tempat ini bukan hanya menjadi lokasi simbolik, tetapi juga menjadi "rumah ide" bagi ratusan wartawan yang tergabung dalam organisasi ini. Di sinilah berbagai gagasan sosial, advokasi publik, hingga proyek kolaboratif digodok dan dijalankan.
Ketua Panitia Pelaksana, Sukra Rahmat Putra, menegaskan bahwa perayaan HUT tahun ini bukan hanya akan menjadi ajang silaturahmi antaranggota, melainkan juga akan membawa misi sosial yang kuat.
“Kami akan mengawali rangkaian kegiatan dengan anjangsana ke sejumlah panti asuhan di Kota Padang. Bantuan yang akan kami salurkan berasal dari para dermawan, termasuk instansi pemerintahan dan BUMD. Ini adalah bentuk kepedulian nyata dari IKW-RI terhadap masyarakat yang membutuhkan,” ungkap Sukra.
Menurutnya, kegiatan sosial ini mencerminkan semangat gotong royong dan empati kolektif, dua nilai yang sejak awal ditanamkan dalam tubuh IKW-RI.
Momentum Silaturahmi dan Apresiasi
Puncak acara akan menjadi ajang temu akbar seluruh anggota IKW-RI dari berbagai media, baik lokal maupun nasional. Lebih dari ratusan jurnalis dijadwalkan hadir dalam peringatan ini. Acara juga akan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain:
Walikota Padang, Fadly Amran
Kapolda Sumbar dan jajaran
Ketua Dewan Pembina IKW-RI, Irwan Basir
Kepala-kepala BUMN, BUMD, serta perwakilan dari instansi pemerintahan lainnya.
Perayaan ini diharapkan menjadi ruang penghormatan terhadap dedikasi para jurnalis, sekaligus momentum memperkuat kolaborasi strategis antara pers dan pemerintah daerah dalam membangun masyarakat yang berdaya, cerdas, dan berkeadilan informasi.
Menilik Kembali Akar Perjalanan IKW-RI
Dalam kesempatan terpisah, Ketua IKW-RI, Dafid Effendi, mengajak seluruh anggota dan masyarakat untuk merenungi kembali alasan utama berdirinya organisasi ini. Bagi Dafid, IKW-RI bukan hanya organisasi profesi, melainkan sebuah gerakan moral dan sosial yang lahir dari kebutuhan akan rasa.
“IKW-RI dibentuk dengan semangat menanamkan rasa: rasa memiliki, rasa peduli, rasa tanggung jawab, dan rasa ingin berkontribusi bagi bangsa dan daerah,” ujar Dafid penuh makna.
Selama sembilan tahun terakhir, IKW-RI tak hanya fokus pada internal organisasi, tapi juga giat terlibat dalam pengembangan potensi lokal, terutama di sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Sumatera Barat.
Dafid menyebut beberapa kontribusi nyata IKW-RI di lapangan, antara lain melalui keterlibatan aktif dalam mempromosikan destinasi unggulan seperti:
Silokek di Kabupaten Sijunjung
Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh Kota
Kawasan Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan
“Media bukan sekadar penyampai informasi. Ia juga adalah penggerak perubahan sosial. Kami percaya bahwa pers mampu memainkan peran strategis dalam mendorong pembangunan inklusif,” jelas Dafid.
Menjaga Independensi dan Meningkatkan Profesionalisme
Di tengah era disrupsi informasi dan masifnya arus berita digital, IKW-RI terus berupaya menjadi benteng integritas dan profesionalisme bagi para wartawan. Perayaan HUT ini juga menjadi pengingat penting tentang posisi jurnalis sebagai penjaga objektivitas dan suara publik yang konstruktif.
“Semoga di usia ke-9 ini, IKW-RI semakin solid dalam menjaga independensi, integritas, dan profesionalisme. Kami ingin IKW-RI benar-benar menjadi rumah besar bagi wartawan yang bermartabat, bukan hanya berorientasi pada pemberitaan, tapi juga pada nilai dan dampak,” tutup Dafid.
Perjalanan sembilan tahun IKW-RI merupakan kisah tentang tekad dan ketulusan. Di tengah tantangan dunia jurnalistik yang terus berubah, organisasi ini menunjukkan bahwa kekuatan pers tidak hanya terletak pada tinta dan kata, tapi juga pada aksi nyata dan kepedulian. Di usia yang ke-9 ini, harapan besar menyertai langkah-langkah IKW-RI agar terus menjadi garda depan dalam menyuarakan kebenaran, membela kepentingan publik, dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik.
(ril)
Falsafah jalur bukan sekadar warisan, melainkan semacam "kompas moral" yang mengarahkan pembangunan, kebijakan, dan relasi sosial di daerah ini. Bagi Suardiman Ambi, jalur lebih dari perlombaan perahu panjang—ia adalah metafora kepemimpinan: tentang kesatuan, ritme, pengorbanan, dan kerja kolektif.
Menyatu dengan Arus, Menjadi Nahkoda Rakyat
Dalam tradisi Kuansing, jalur hanya bisa melaju kencang jika semua pendayung kompak dalam gerak dan irama. Prinsip ini dihidupkan oleh Suardiman dalam cara ia memimpin: bukan sebagai pengendali tunggal, tetapi sebagai pengarah yang bijak.
Sebagaimana tukang jaga laju dalam perahu, ia memimpin dari belakang—mengawasi, mengarahkan, dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Kepemimpinannya dilandasi lima pilar utama falsafah jalur:
1. Kesatuan dan kekompakan (Basamo mendayuang, basamo sampai)
2. Kepekaan terhadap ritme dan perubahan (Ndak bisa mendayung sembarang)
3. Kepemimpinan yang adil dan mengarahkan
4. Pengorbanan demi kepentingan bersama
5. Kemenangan sebagai buah kerja kolektif
Falsafah ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi ditanamkan dalam praktik pemerintahan: musyawarah dalam perencanaan pembangunan, pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, hingga program-program yang bersumber dari kebutuhan akar rumput.
Pembangunan yang Mendasar dan Membumi
Di bawah kepemimpinan Suardiman Amby, pembangunan tidak dimaknai sekadar fisik, tetapi juga sosial dan kultural. Jalan-jalan dibuka hingga ke pelosok, UMKM lokal diberdayakan, dan sektor pertanian digerakkan dengan pendekatan partisipatif. Namun di atas semua itu, pembangunan karakter masyarakat tetap menjadi prioritas.
Festival Pacu Jalur adalah salah satu simbol penting yang beliau angkat sebagai roh kolektif masyarakat. Kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, melainkan momentum mempererat rasa kebersamaan dan memperkuat jati diri. Di tangan Suardiman, festival ini tak lagi menjadi milik Kuansing semata, tapi menjadi magnet budaya yang menjangkau mancanegara.
Jalur Mendunia: Diplomasi Budaya dari Hulu Rantau
Berangkat dari semangat lokal, falsafah jalur mulai mendapatkan pengakuan di kancah internasional. Festival Pacu Jalur berhasil menarik perhatian wisatawan asing dan pegiat budaya dari berbagai negara. Dukungan Suardiman terhadap promosi event ini menjadikan Kuantan Singingi sebagai destinasi budaya unggulan, yang tidak hanya dikenal di Sumatra, tapi juga dilihat oleh dunia.
Bahkan, konsep “jalur” telah menjadi simbol diplomasi budaya dalam forum-forum kebudayaan internasional, seperti Festival ASEAN, promosi budaya Indonesia di Malaysia dan Singapura, serta dalam kerja sama sister-city dengan beberapa daerah luar negeri.
Lewat jalur, dunia mulai memahami bahwa masyarakat Kuansing mengajarkan sesuatu yang esensial: bahwa untuk sampai ke tujuan besar, tidak ada yang lebih penting dari kekompakan, ritme, dan keadilan.
Menjaga Akar di Tengah Derasnya Modernisasi
Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang seringkali meluruhkan identitas, Kuantan Singingi justru menguatkan akarnya. Di sinilah peran penting Suardiman Ambi: memastikan bahwa teknologi hadir tanpa mencabut budaya, bahwa kemajuan diraih tanpa kehilangan jati diri.
Dengan pendekatan yang membumi, ia memimpin tidak dengan jargon, tetapi dengan keteladanan. Ia hadir di tengah masyarakat, menyapa petani, berdialog dengan nelayan, dan mendengar langsung suara akar rumput. Inilah potret seorang pemimpin yang tidak hanya tahu arah, tapi juga mengayuh bersama rakyatnya.
DR. H. Suardiman Amby,Ak.MM, telah membuktikan bahwa falsafah lokal seperti jalur dapat menjadi dasar kepemimpinan yang efektif, manusiawi, dan relevan di era modern. Lebih dari itu, ia membawa falsafah ini ke pentas internasional—membuktikan bahwa nilai-nilai lokal bisa menjadi inspirasi global.
Dalam jalur panjang sejarah Kuantan Singingi, nama Suardiman Amby akan dikenang sebagai nahkoda yang membawa perahu rakyatnya mendayung jauh—dari sungai-sungai kecil ke arus besar dunia. Alzam Deri (Direktur LKBA JMSi Provinsi Riau)
DHARMASRAYA, SerasiNews.com | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selain menormalisasi sungai baru juga terus menormalisasi sungai yang telah ada.
Menormalisasi sungai penting dilakukan karena dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat ketika hujan datang akan mengakibatkan banjir di sekitaran daerah Sungai.
Salah satu pekerjaan Normalisasi Sungai yang dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun ini, adalah melanjutkan Normalisasi Pengendalian Banjir Sarana aliran Sungai Batang Timpeh Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Proyek tersebut dikelola oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang melalui SNVT PJSA WS Batang hari Sumatera Barat.
Dalam implementasinya proyek dikerjakan oleh salah satu kontraktor pelaksana yang handal yaitu PT Basuki Rahmanta Putra ( PT BRP ) dan di bawah Pengawasan Konsultan yang tepat, Proyek dengan nilai Rp 52 milyar lebih ini dapat selesai dengan tepat waktu sehingga dapat segera dirasakan manfaatnya oleh Masyarakat Kenagarian Timpeh khususnya sekitaran aliran Sungai Batang Timpeh tersebut,
Tentunya, harapan ini tidak akan terealisasi tanpa adanya Pengawasan yang ketat dari BWS Sumatera V Padang yang dikomandoi oleh Bapak Naryo Widodo sebagai Kepala Balai , dengan dukungan Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Soni dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Rifki, serta pelaksana lapangan BWSS-V Padang yang selalu memantau pelaksanaan mega proyek yang kedua ini.
Hingga saat ini realisasi pekerjaan sudah mulai dikerjakan dan menunjukkan efek yang cukup berarti, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar daerah Timpeh khususnya dan damasraya umum nya.
Donny warga setempat saat bincang-bincang dengan awak media mengaku senang dengan adanya proyek Normalisasi batang Timpeh ini
"Sebelum adanya proyek ini , Ketika hujan datang rasa was- was selalu menghampirinya karena setiap hari hujan air sungai batang timpeh selalu meluap dan membanjiri pemukiman warga. Kini rasa was - was agak berkurang dengan telah adanya perbaikan sungai batang timpeh tersebut," ungkapnya.
Selain warga hal senada juga di ucapkan oleh Febri Wali Nagari timpeh ketika media bincang bincang dikantornya, Ia mengungkapkan dulu Nagari ini sering dilanda banjir bandang ketika debit hujan tinggi daya tampung sungai tidak memadai karena sungai batang timpeh ini kecil dikelilingi oleh rumah - rumah penduduk. Kini semenjak Pemerintah melalui kementerian PUPR dengan Leadernya BWSS V PADANG bersama timnya beberapa tahun belakang ini melakukan Perbaikan pada Aliran Sungai di Nagari kami, kini airan sungai dibeberapa titik telah berubah. Serasa seperti mimpi. Dengan perubahan ini secara tidak langsung sudah memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan ekonomi dimasyarakat kami
Untuk semua ini, atas nama warga tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang dengan jajaran Timnya
Begitu juga halnya dengan rekanan yang telah bekerja profesional sehingga proyek ini betul-betul nantinya dirasakan manfaatnya.
"Semoga proyek bisa selesai tepat waktu tepat mutu," ungkapnya.
( Mz / RN)